Senin, 30 Maret 2009

MALU dan rasa malu adalah salah satu kondisi dasar antropologis manusia. Dan kondisi itu melekat erat. Bahkan sangat erat sehingga tak jarang orang tak bisa dengan mudah melepaskannya. Butuh lebih dari sekadar kemauan untuk mengatasinya.

Bersikap fleksibel

Salah satu cara mengatasi rasa malu adalah bersikap fleksibel. Bersikap fleksibel berarti Anda harus bisa keluar dari rutinitas atau semacam keharusan bertindak. Yang Anda butuhkan adalah sebuah keberanian. Keberanian untuk bertindak lain. Dan Anda bisa mencobanya dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Jika Anda, misalnya, diminta harus menjawab segera setelah ditanya, Anda bisa berbuat lain. Anda bisa memulainya dengan joke atau sapaan akrab. Semacam ada "pendahuluan" singkat sebelum berbicara. "Hmmm... giliran saya, ya?" Fleksibilitas bisa membantu Anda mengatasi ketegangan yang muncul dari dalam diri Anda.

Siapkan diri

Ini salah satu cara terbaik mendepak rasa malu. Jika Anda tak ingin malu di depan banyak orang, siapkan diri. Jika Anda ingin bertemu dengan orang lain, siapkan diri baik-baik. Perhatikan penampilan Anda dan pikirkan apa yang akan Anda lakukan. Jika Anda harus berbicara di depan orang, siapkan diri sebelumnya. Pahami apa yang akan Anda katakan dan buat analisis singkat. Ingat, "A good conversationalist is always prepared with topics of conversation."

Keluar dari diri

Mengapa orang mudah malu? Karena orang terbenam dalam pandangannya tentang dirinya sendiri. Pandangan tentang diri yang selalu "kurang" di depan orang lain. Pandangan tentang diri yang selalu "tak bisa apa-apa" di depan orang lain. Apakah Anda berpikir bahwa orang lain selalu "lebih" daripada Anda? Ingat baik-baik, tak semua orang seperti itu. Selalu ada incommensurability. Sebuah ketakterukuran. Artinya, tak semua orang bisa diukur dengan ukuran yang sama. Masing-masing orang punya partikularitas (kekhasan) masing-masing. Benar bahwa Anda tak hebat berbahasa Inggris. Tapi apakah orang yang hebat berbahasa Inggris itu bisa bernyanyi dengan baik seperti Anda? Belum tentu. Itulah hebatnya Anda.

Sadarlah

Punya impian atau khayalan tak apa-apa. Bahkan kadang-kadang orang perlu berkhayal supaya semangat dan energinya terangsang. Mengapa? Karena gambaran mental tentang sesuatu bisa mempengaruhi sikap dan tindakan orang. Semacam "antisipasi" untuk menghadapi sesuatu. Tapi terbenam dalam khayalan tak wajar. Hei, this is the real world. Face it! Keluarlah dari khayalan dan hadapi reralitas.

Nikmati waktu

Ketergesaan biasanya mudah sekali memperburuk situasi. Keadaan yang seharusnya tenang dan nyaman bisa hancur hanya karena ketergesaan. Dan efeknya bisa sangat jelas. Orang salah tingkah, malu dan tak tahu harus berbuat apa. Salah satu trik sederhana bagaimana supaya Anda tidak malu adalah menikmati waktu. Sederhana bagaimana supaya Anda tidak malu adalah menikmati waktu. Sederhananya, pelan-pelan saja. Jangan terburu-buru. Jika Anda terburu-buru dan jatuh, bukanlah Anda akan malu? Jika Anda terburu-buru berbicara dan ternyata salah, bukankah Anda akan malu?

Fokus

Cara yang paling mudah adalah fokus. Fokus berarti kesadaran Anda penuh pada sesuatu. Jika Anda tak ingin malu karena salah menjawab pertanyaan orang, fokuslah pada pertanyannya. Pada apa yang orang katakan. Jik Anda tak mau malu karena penampilan Anda "kurang", fokuslah pada penampilan Anda ketika Anda sedang mempersiapkan diri. Kancing baju Anda pas? Resleting celana Anda tertutup?

Praktik

Ada sebuah adagium Latin yang indah yang bisa Anda jadikan pegangan. Guta cavat lapidem non vi sed saepe cadendo. Titik air melubangi batu bukan karena kekuatannya, tetapi karena sering jatuh. Tekanannya adalah "sering". Dan ini soal frekuensi dan intensitas. Bagaimana mungkin Anda bisa hebat berbicara di depan banyak orang, tak malu menghadapi orang, kalau Anda tak sering berlatih berbicara dan menghadapi orang? Caranya hanya satu. Sering berlatih. Sering dan sering. Hanya itu kuncinya. Kalau sudah demikian, Anda sudah "membunuh" rasa malu Anda.

0 comments:

Posting Komentar

Bebas, Sopan, No Sara. :)